
Pagi itu (23/8) sekitar pukul 6 pagi waktu Surabaya, kami bersiap untuk kegiatan di hari kedua. Setelah mandi dan sarapan sekedarnya kami bertiga pergi meninggalkan hotel yang megah itu. Sampai di lobi hotel, resepsionis membantu kami memanggil taksi sebagai sarana transportasi kami menuju tempat acara utama: Balai Kota Surabaya! Yay, tidak sabar untuk bertemu sang ibu walikota lagi, Bu Tri Rismaharini~
Lanjutan dari: Jalan-Jalan Ke Surabaya (Bagian 1)
Nyasar ke Balai Pemuda Surabaya
Saya mengatakan kepada pak supir taksi, “ke balai kota ya pak”. Dan kami pun diajak menyusuri jalan kota Surabaya yang asri. Oh iya, karena ini hari minggu, jadi banyak sekali warga yang jalan-jalan, namun kebanyakan jalan kaki! Yaa, sebenarnya lebih bagus begitu sih, lagipula udara di Surabaya sangat bersih dan segar, karena pagi itu kendaraan masih sedikit yang lalu-lalang.
Tidak sampai 30 menit, kami sudah tiba di suatu tempat. Tampak sebuah gedung dengan beberapa stand di area dekat pintu masuknya. Hmm, kelihatannya sedang ada acara semacam book-fair gitu. Pengunjung di balai ini pun kebanyakan anak-anak (saya lupa nama acaranya apa) Kami pun bergegas masuk ke dalam gedung untuk bertemu dengan yang lainnya (baca: teman-teman orang kreatif yang kemarin).
Setelah mengitari gedung, kami masih belum menemukan mereka. Alhasil, kami memutuskan untuk duduk-duduk di teras gedung, sambil menahan kantuk gara-gara masih capek selepas acara kemarin. Saya coba hubungi mereka, belum ada balasan. Padahal kemarin bilang harus kumpul di balai kota pagi-pagi sekali, eh, ternyata malah kayak gini~ *ngedumel sendiri*
Iseng-iseng, saya buka google maps, niatnya ingin memastikan bahwa kami ada di tempat yang benar. Dan… JREEENG!!! Ternyata kami salah tempat! Kami kira sang supir taksi tadi mengantarkan kami ke balai kota, ternyata sekarang kami ada di Balai Pemuda Surabaya! Owalaaah, pantesan gak ketemu dengan yang lain! Pas saya beri tahu kedua teman saya, mereka juga kaget! Yaa, maklum lah, kami kan baru pertama kali ke Surabaya…
Pesta Cak Koen 2015

Kami pun bertanya ke beberapa orang yang ada di sini, dan benar adanya, kami salah tempat. Akhirnya kami ditunjuki jalan menuju ke Balai Kota Surabaya oleh seorang satpam, yang ternyata jaraknya tidak begitu jauh dari Balai Pemuda ini. Cukup jalan kaki sekitar 15 menitan, sampailah kami di balai kota. alun-alunnya jauh lebih luas dari Balai Pemuda tadi, dan yang pasti, pengunjungnya juga jauh lebih ramai!
Oh iya, tadinya bingung pas mau masuk ke sana, soalnya pintu masuk yang kami temui sedang dijaga oleh beberapa petugas. Sepertinya sedang ada acara di dalam sana. Kami melihat banyak orang yang pakai baju kaos merah-putih “seragam” (diluar para penjaga) yang bertuliskan “Cak Koen”. Dan yang bikin mengejutkan, di kaos mereka tersablon 2 maskot ciptaan saya: “Cak Sura dan Cak Baya”!!! *menjerit dalam hati*
Setelah bertanya ke salah satu penjaga di sana, dan bilang kalau kami bertiga adalah tamu Bu Risma (duh, gaya banget), akhirnya kami diijinkan masuk. Sampai di dalam alun-alun, terdapat ribuan orang yang lalu-lalang. Saya melihat ada panggung besar di tengah alun-alun, dan beberapa stand yang mengelilinginya. Di atas panggung, ada penyanyi yang sibuk menyanyikan lagu dangdut dengan penuh semangat, sementara di sekitarnya, para warga asik berjoget.

Setelah mencari tahu lebih jauh, ternyata acara ini bernama Pesta Cak Koen, sebuah acara dalam rangka bentuk apresiasi pemkot Surabaya terhadap jerih payah satgas gabungan dalam upaya pemeliharaan kota. Mereka lebih dikenal sebagai “Cak Koen” atau “Pasukan Kuning”. Berkat jasa mereka, kota Surabaya bisa begitu bersih dan indah. Selain itu, saya juga melihat ada antrian panjang warga yang sedang diberi sembako.
Menjelajah Balai Kota Surabaya

Tak lama kemudian, kami bertiga bertemu juga dengan rombongan kemarin. Dan akhirnya, masuklah kami ke dalam gedung Balai Kota Surabaya. Woaaah, gedungnya megah sekali! Di dalamnya, terdapat beberapa orang sedang makan di meja-meja yang tersusun rapi. Makanannya juga ada macam-macam, yang membuat perut saya tiba-tiba menjadi lapar lagi. Beberapa tamu di sana kelihatannya pejabat dan orang-orang penting.
Oh iya, kami bertiga datang ke sini kayak orang habis mudik: bawa koper dan ransel besar! Ahahaha, habisnya, kami ‘kan sudah check-out dari hotel, dan tidak punya tempat menginap lagi, makanya barang-barang kami bawa semua ke balai kota. Syukurlah, seorang petugas di sana menuntun kami ke ruang kerja Bu Risma (sebuah ruang kerja yang rapi dan lega) untuk menitipkan sementara barang bawaan kami.

Kami pun kembali ke lobi balai kota, dan melihat yang lain ternyata sedang makan! Eh, ternyata kami juga disuruh makan deng, hehe, asik sarapan kedua~ Menu makannya beragam, tapi saya cuma ambil nasi soto saja. Selesai sarapan, saya, Haikal dan Fauzan berkeliling di alun-alun. Matahari yang pagi itu bersinar terik, tidak menghalangi kami untuk melihat langsung kemeriahan Pesta Cak Koen.
Bertemu Pejabat Surabaya
Sekitar jam 11:00, kami bertiga disuruh kumpul lagi, dan diajak ke rumah dinas Bu Risma yang letaknya di seberang balai kota. Di sana, kami bertiga dibawa ke sebuah ruang tamu yang luas, berisi sofa-sofa berjejer melingkar. Kami bertiga diperkenalkan kepada beberapa pejabat Surabaya yang hadir di sana. Saya merasa suasana berubah jadi “agak” menegangkan (atau saya saja yang terlalu gugup?).
Saya cuma bisa cengar-cengir doang dihadapan mereka, aduh, habisnya gak kuat menahan malu. Tapi sebisa mungkin sih tetap “jaim”, biar terlihat lebih sopan di hadapan beliau-beliau. Kami banyak ditanya soal daerah asal, kuliah, dan tentang lomba maskot kemarin. Dan terutama, kami ditanya bagaimana kesan kami ketika pertama kali datang ke Surabaya. Ya, saya jawab jujur, sangat senang dengan keadaan kota yang indah ini.
Sekitar setengah jam kami mengobrol, para pejabat dan orang-orang penting itu pamit meninggalkan kami. Bu Risma juga ijin pamit, karena beliau ada acara juga di Balai Pemuda (kami juga baru dari sana bu~). Eh, ternyata ada seseorang yang ingin mengobrol dengan kami bertiga. Beliau adalah Pak Krisna, yang saat memperkenalkan diri, katanya seorang dosen senior di salah satu kampus di Surabaya.
Beliau banyak bincang-bincang dengan kami, yang istimewanya, beliau menanyakan konsep ide dari maskot buatan saya. Saya jelaskan selengkap mungkin pada beliau, dan saya pikir, beliau menyukainya (iya, karena beliau memakai baju yang berisi sablonan Cak Sura dan Cak Baya, hehe). Kami juga bertanya bagaimana kota Surabaya bisa sebagus seperti sekarang, dan beliau tidak segan memberi kami kuliah umum tentang keadaan kota dari jaman dulu hingga dipimpin oleh Bu Risma (terima kasih, pak).
Ups, jam sudah menunjukan pukul 12:00! Saatnya pamit dari sana dan cari makan siang. Setelah ambil barang-barang yang tadi dititipkan, kami segera berangkat menuju sebuah tempat makan. Hmm, makan apa ya siang ini?
Bersambung ke Jalan-Jalan Ke Surabaya (Bagian Akhir)
Salam,
Agung Rangga
Baru tau kalo udara surabaya itu bersih dan segar 🙂
Selama ini sech yg gw tau kotor dan berdebu hahaha
hmm, iya kah?
mungkin karena masih pagi kali ya… 😆