TripBoroBanan 4 : Terjebak Arus Balik Lebaran

TripBoroBanan 4 : Terjebak Arus Balik Lebaran

Kami sekeluarga memutuskan untuk menyudahi perjalanan TripBoroBanan ini. Saya sangat puas bisa sembahyang di Candi Borobudur dan Candi Prambanan pada hari itu (29 Juni 2017). Besok, kami berencana untuk berangkat pulang ke Bekasi. Tapi, sepertinya kami bakal terjebak di arus balik Lebaran deh…

Lanjutan dari: TripBoroBanan 3 : Sembahyang di Candi Prambanan


Menginap di Yogyakarta

Sekitar pukul 17:30, mobil kami meninggalkan kawasan Candi Prambanan. Sambil berjalan ke arah Bekasi, saya dan Bapak berusaha mencari penginapan untuk bermalam di Yogyakarta. Sengaja menginap semalam biar semuanya bisa istirahat setelah bersenang-senang seharian.

Langit mulai gelap dan perut kami mulai lapar. Jadinya, Bapak mencari rumah makan dulu deh. Benar sih, supaya nanti pas ketemu penginapan bisa langsung tidur~ Kenapa tidak makan di penginapannya saja? Hmm, kata Bapak biar lebih hemat ongkos. Pasti makanan di penginapan lebih mahal, dibanding makanan di warung makan biasa.

Sekitar 30 menit kemudian, kami menemukan warung makan lesehan yang ada di pinggir jalan raya. Nama warung makannya “Lesehan Sederhana Jeng Nina”. Hanya ada sepasang pengunjung yang makan di sana, dan tempatnya tidak terlalu luas. Mobil diparkirkan ke tepi jalan, dan semuanya langsung masuk ke rumah makan.

Sambil menunggu makanan datang, Bapak bilang “nanti habis makan langsung cari penginapan yuk”. Eh, tiba-tiba saya melihat sesuatu di seberang jalan. Ternyata ada hotel yang terletak persis di seberang rumah makan ini! “Tuh, di seberang ada hotel,” celetuk saya.

Nama hotelnya “Hotel Srikandi”. Bapak pun langsung menyuruh saya untuk menelepon nomor yang ada di papan nama hotel itu. Pas saya tanya, ternyata masih ada kamar kosong, dan harga perkamar hanya Rp 350.000,- per malam. Oke, Bapak setuju untuk menginap di sana.

makan ayam kremes Lesehan Sederhana Jeng Nina di Yogyakarta
makan ayam kremes Lesehan Sederhana Jeng Nina di Yogyakarta

Tidak lama, makanan kami datang. Saya makan nasi dan ayam kremes, lengkap dengan sambal lalapannya. Ahh, kalau sudah lapar, makan apa saja jadi terasa enak ya~ Yang lainnya ada yang makan ayam kremes dan lele goreng, sementara Bapak dan Mama cuma makan lalapan dan tahu goreng (beliau sudah tidak makan daging).

Selesai makan dan membayar pesanannya, kami langsung masuk ke mobil dan segera meluncur ke hotel tadi. Untuk bisa ke seberang, kami harus melewati jalan memutar yang lumayan jauh. Sebelum tiba di hotel, mobil berhenti sejenak di minimarket, dan saya beli 6 botol air mineral untuk bekal besok.

Begitu sampai di depan Hotel Srikandi, saya dan Bapak masuk ke dalam hotel dan bertanya pada resepsionis di sana. Ternyata benar, masih ada kamar kosong dengan fasilitas AC, TV, wifi, dan sarapan gratis untuk 2 porsi per kamar! Bapak pun memesan 3 kamar, sementara saya kembali ke mobil dan menyuruh yang lain untuk berkemas dan segera masuk ke hotel.

Wuiiih, kamarnya rapi, kasurnya empuk, dan kamar mandinya bersih lagi! Karena badan sudah gatal, saya langsung mandi deh~ Habis mandi, langsung tepar di kasur, sedangkan Bapak masih nonton televisi. Hotel ini beda jauh dibanding penginapan yang di Magelang kemarin. Lebih nyaman di sini~


Lewat Jalan Tol Fungsional

Esok paginya (30 Juni 2017), saya bangun dengan sangat segar. Nyenyak sekali tidur saya tadi malam. Setelah mandi pagi, langsung dikasih sarapan berupa nasi rames yang berisi berbagai macam lauk pauk. Enak banget, jadi tidak perlu cari menu buat sarapan lagi~ Habis itu kami pun segera check-out dari hotel, dan masuk ke dalam mobil.

Perjalanan menuju ke Bekasi dimulai, tentu saja dengan menggunakan panduan dari aplikasi Google Maps. Pemandangan sepanjang jalan di pagi itu sangat indah. Udaranya pun masih sejuk, dan jalanan belum terlalu ramai. Bisa dibilang, perjalanan pagi itu berasa sangat lancar~

Sekitar pukul 11:00, kami sudah tiba di wilayah Jawa Tengah. Saat itu, ada plang jalan yang menunjukkan jalan tol fungsional Batang-Pekalongan. Saya tidak tahu maksud dari “tol fungsional” tersebut, tapi Bapak malah mengarahkan mobilnya ke sana! Padahal di Google Maps menunjukkan jalur yang berbeda lho! Ahh, ya sudah lah…

Pas memasuki jalan tol fungsional ini, saya baru sadar kalau ini adalah jalan yang belum jadi. Masih banyak debu pasir yang beterbangan di jalan, lalu beberapa bagian jalan masih belum diaspal/dicor, dan sisi kanan-kiri jalan masih berupa tanah tebing bahkan jurang.

Biarpun begitu, ternyata jalan ini cukup ramai dilalui oleh kendaraan yang menuju Jakarta. Kemungkinan sih, mereka lewat sini untuk menghindari macet di jalur pantura, lantaran hari itu adalah puncak dari arus balik Lebaran. Hmm, kalau begitu, ada bagusnya juga ya kami lewat jalan tol fungsional ini.

Karena sudah mendekati jam makan siang, kami pun segera mencari rest area di sepanjang jalan. Setelah melewati beberapa kilometer, akhirnya ketemu juga rest area yang juga belum jadi! Tidak ada bangunan permanen, hanya terdapat lapak-lapak lesehan kecil saja yang berjejer di sebelah toilet umum campur.

Begitu mobil selesai diparkir, saya langsung kabur ke toilet. Duh, mana banyak banget lagi yang antre! Pas giliran saya, fyuh, lega sekali bisa mengeluarkan yang sedari tadi di tahan~ Eh, begitu keluar dari toilet dan jalan beberapa langkah, kaki saya tidak sengaja menyenggol gelas plastik berisi ampas kopi! Kaki saya jadi kotor, dan mau tidak mau, harus antre lagi di toilet buat membersihkannya. (sial banget hari itu…)

makan mie ayam di rest area tol fungsional
makan mie ayam di rest area tol fungsional

Habis itu, saya mencari keluarga saya yang ternyata sedang duduk di salah satu lesehan warung makan di rest area ini. Untuk makan siang hari itu, saya memesan mie ayam dengan segelas es teh manis. Ahh, lumayan bikin kenyang, biarpun rasa mie ayamnya biasa aja~


Terjebak Macet di Tol Pejagan-Cipali

Sekitar pukul 13:00, kami beranjak dari rest area dan kembali memulai perjalanan. Namun di tengah-tengah perjalanan bapak merasa mengantuk, dan terpaksa kami harus kembali mencari rest area di sekitar sana. Syukurlah, 1 jam kemudian kami dapat menemukan rest area lagi. Tapi sama seperti rest area yang pertama, di sini tidak ada bangunan permanen. Hanya ada tanah lapang yang luas, tempat para pemudik beristirahat.

Bapak memarkirkan mobilnya di antara puluhan mobil lainnya di sana. Lalu kami semua mulai tidur siang di dalam mobil, biar sedikit menghilangkan rasa kantuk setelah makan tadi. 30 menit kemudian, kami merasa cukup untuk beristirahat, dan Bapak melanjutkan perjalanan pulang ini.

Keluar dari tol fungsional, kami kembali masuk ke jalan tol utama. Semakin sore, kendaraan mulai memadati jalan tol yang ke arah Jakarta. Ugh, sepertinya momen puncak arus balik segera di mulai. Saya berdoa, semoga saja perjalanan kami lancar dan cepat sampai di rumah.

Hari mulai gelap, dan perut kami lapar. Semua bekal makanan sudah habis, air minum pun tinggal sedikit. Semuanya merasa lemas. Mobil kami terjebak di kemacetan parah pada tol Pejagan-Cipali. Sama sekali tidak ada ruang untuk bergerak, jalanan penuh dengan ratusan mobil hingga truk.

Bensin mobil tidak terasa tinggal setengah, dan letak pom bensin masih jauh. Itupun kalau mobilnya masih sanggup jalan ke sana, saya khawatir bakal kehabisan bensin di tengah jalan. Untuk menghemat bensin, AC dimatikan dan jendela dibuka.


Menuju ke Rumah

Dari kejauhan, saya melihat plang jalan… Ada jalur keluar arah Subang! Saya pikir, ini satu-satunya jalan keluar dari kemacetan parah ini! Saya yakinkan Bapak untuk mengarahkan mobilnya agar keluar ke Subang. Awalnya beliau tidak mau, tapi melihat keadaan yang semakin memburuk, terpaksa beliau mengikuti saran saya.

Dan keputusan saya benar! Tepat saat mobil keluar di Subang, langsung ketemu pom bensin! Setelah mengisi penuh bensin mobil, kami mencari tempat untuk makan malam. Tidak lama ketemu warung pecel lele kaki lima, dan di sana saya makan ayam goreng dan teh manis hangat. Matur suksma Hyang Widhi, rasa capek kami hilang dan sekarang bisa melanjutkan perjalanan lagi~

Dari sana, saya mengarahkan Bapak untuk lewat jalur alternatif (tanpa melalui jalan tol), dan beliau setuju. Kami sengaja tidak mencari penginapan, karena kami pikir jarak menuju rumah sudah dekat. Dengan sekuat tenaga, saya tahan rasa kantuk demi memandu jalan untuk Bapak lalui.

Google Maps mengarahkan kami lewat hutan-hutan, perumahan sepi, dan perkampungan. Jalan di tengah gelapnya malam dengan mengandalkan penerangan dari lampu mobil saja. Sunyi sekali, karena sudah tidak ada aktivitas di jalan yang kami lalui. Mobil dan motor pun juga jarang ditemui sepanjang jalan itu.

Pukul 00:00 dini hari, kami tiba di Karawang. Walau malam hari, ternyata kota ini masih ramai. Terlihat beberapa pemudik beristirahat di pinggir jalan, sambil menikmati kopi dan cemilan yang disediakan pedagang kaki lima. Sempat kena macet sebentar di sana, tapi setelah itu langsung lancar lagi.

Tepat pada pukul 02:00, akhirnya kami tiba dengan selamat di rumah. Semuanya menghembuskan nafas lega, fyuh… Benar-benar perjalanan yang tak terlupakan! Rasanya bersyukur sekali bisa jalan-jalan ke Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Semoga saja suatu saat kami bisa ke sana lagi. TripBoroBanan selesai!

Salam,
Agung Rangga

Diterbitkan oleh

Agung Rangga

Hai, salam kenal! Saya adalah seorang dosen di jurusan Desain Komunikasi Visual, memiliki minat dengan animasi dan komik, serta hobi menuliskan cerita kehidupannya ke dalam blog ini.

12 tanggapan untuk “TripBoroBanan 4 : Terjebak Arus Balik Lebaran”

  1. Saya sering terjebak macet panjang saat lebaran 😀
    Tapi saat libur, tempat2 yg menuju ‘objek wisata’ memang selalu macet dan ramai. Gak apa-apa, Gung sekali setahun.

Tinggalkan Balasan ke Desfortin Batalkan balasan