Press ESC to close

Liburan Awal Tahun (Bagian 6)

Memasuki hari ketujuh di Bali, saya berkesempatan untuk mengikuti salah satu upacara keagamaan terbesar di Bali, yaitu Upacara Ngusaba Besakih. Upacara yang diadakan setahun sekali ini sangat meriah, dan merupakan sebuah pengalaman yang berkesan bagi saya.

Lanjutan dari: Liburan Awal Tahun (Bagian 5)

Sore itu (29 Januari 2017) sekitar pukul 14:30 WITA, saya dan adik saya (Dewi) bakal menemani Uwak sembahyang ke Pura Besakih. Di sana ada upacara besar yang sedang dilaksanakan selama satu minggu, yaitu Upacara Ngusaba Besakih.

Upacara ini sengaja diadakan selama seminggu agar semua umat Hindu di Bali maupun di luar Bali bisa sembahyang di Pura Besakih. Pura ini sendiri merupakan pura pusatnya umat Hindu di Bali, makanya nama Pura Besakih sangat terkenal dibanding pura-pura lainnya.


Pura Manik Gumawang

Setelah mandi dan berpakaian rapi, kami pun berangkat ke sana naik motor dan bawa sajen dua bakul. Saya dibonceng Aji Putu, dan Uwak dibonceng si Dewi. Iya, tidak semua anggota keluarga kami di kubu yang ikut ke sana, lantaran keterbatasan kendaraan. Mobilnya Aji Lanang yang kemarin dipinjam pun sudah diambil lagi kemarin.

sajen untuk sembahyang
sajen untuk sembahyang

Perjalanan menuju ke sana cukup lancar, tidak banyak kendaraan yang lalu-lalang di jalan raya. Tiba-tiba, langit yang tadinya cerah mendadak menurunkan gerimis kecil. Aji Putu tadinya menawarkan untuk berhenti dan pakai jas hujan, tapi saya bilang tidak usah. Paling-paling gerimisnya cuma sebentar, jadi lanjutkan saja perjalanannya.

Di tengah perjalanan, Uwak menyuruh kami untuk mampir dulu ke Pura Manik Gumawang, sembahyang sebentar di sana. Pas sampai di Pura Manik Gumawang, gerimis kecil tadi menghilang, dan langit kembali cerah. Pikir saya, gerimis tadi adalah tanda bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) sedang memercikkan tirta (air suci) pada kami.

selfie habis sembahyang
selfie habis sembahyang

Pura ini tampak lebih rapi dan bersih dibanding saat kami ke sini dua tahun yang lalu, di mana saat itu pura ini masih direnovasi. Kami berempat hanya sembahyang panca sembah, memohon keselamatan dalam perjalanan menuju Pura Besakih. Selesai sembahyang, perjalanan kami lanjutkan kembali.

Baca juga: Tirtayatra di Bali (Pasca Upacara Ngeroras)


Pura Besakih

Jam 15:00 WITA, kami pun tiba di Pura Besakih. Eh, tapi bukan di area Pura Besakih yang biasanya kami kunjungi, melainkan di area menuju Pura Dalem Puri dan Pura Prajapati Besakih. Area ini berupa jalan setapak yang banyak tangganya, terletak di antara hutan dan bukit. Kami pun memarkirkan motor di tempat yang sudah disediakan, yaitu di pinggir jalan raya. Ada beberapa warung makanan yang menggelar jualannya di sekitar parkir motor ini.

Kami berempat mulai berjalan menaiki anak tangga menuju tempat persembahyangannya. Saya kira dekat, ternyata lumayan jauh juga. Anak tangga yang berlumut memperingatkan saya untuk jalan lebih hati-hati. Semakin dekat menuju pura, semakin banyak kios-kios pedagang yang menjajakan berbagai makanan dan oleh-oleh kerajinan khas Bali.

Begitu keluar dari kerumunan kios dan jalan sempit, akhirnya kami tiba di depan gerbang Pura Dalem Puri dan Pura Prajapati Besakih. Lumayan luas area di depan gerbangnya, karena ada jalan raya juga di sini. Banyak sekali umat yang berlalu-lalang di sini, baik yang baru akan sembahyang, maupun yang telah selesai sembahyang.

Baca juga: 5 Pura Favorit di Bali


Pura Dalem Puri & Pura Prajapati Besakih

Tidak ingin menunggu lama, kami berempat langsung masuk ke dalam pura. Persembahyangan pertama dilakukan di Pura Dalem Puri. Begitu masuk ke dalam, wuiiih, ruaaameee buuuaaangeeet! Karena upacaranya besar dan umat yang datang itu se-Bali, ya jadinya lautan manusia begini. Eh, ini saja kami datang di hari-hari terakhir upacara Ngusaba Besakih lho, gimana pas hari pertama ya?

selfie di tengah lautan umat
selfie di tengah lautan umat

Jadinya, kami harus desak-desakan untuk masuk ke dalam pura ini, dan berebut tempat untuk duduk dan meletakkan sesajen. Sayangnya, sisa sesajen umat lain yang telah digunakan untuk sembahyang tidak mereka buang/bawa pulang, sehingga lantai pura pun jadi agak kotor dan berbau menyengat. Padahal ini demi kenyamanan sesama umat juga…

Dipimpin oleh pemangku, persembahyangan pertama dimulai. Cuma panca sembah saja, tanpa tri sandhya (mungkin takut kelamaan juga~). Begitu selesai, kami segera merapikan tempat kami duduk, dan berjalan menuju Pura Prajapati Besakih yang terletak di sebelah Pura Dalem Puri. Di sana kami sembahyang panca sembah juga. Pada akhirnya, persembahyangan kami di upacara Ngusaba Besakih pun selesai.

Baca juga: Pulang Ke Bali: Upacara Ngaben


Pulang di Tengah Hujan

Selesai sembahyang di Pura Prajapati Besakih, tiba-tiba hujan deras mengguyur kami. Terpaksa kami menunda waktu pulang, dan berteduh di tenda depan gerbang pura bersama umat-umat lainnya. Tapi saya bersyukur karena saat sembahyang tadi belum hujan, jadinya kami bisa lebih khusyuk beribadah.

hujan setelah sembahyang
hujan setelah sembahyang

Sambil menunggu hujan reda, Aji Putu mengajak si Dewi berjalan ke kios-kios depan pura. Katanya mau beli oleh-oleh buat Adik Ayu (anak bungsunya Aji Putu). Saya dan Uwak pun terpaksa menunggu mereka berdua di tenda. Sekitar 30 menitan kami menunggu, akhirnya kami putuskan untuk mencari mereka. Lagian, hujan juga sudah agak reda.

Begitu ketemu, ternyata si Dewi lagi beli sate ikan dan sate babi. Habis itu langsung menuju tempat parkir motor, dan segera pakai jas hujan karena takut di jalan bakal kena hujan lagi. Benar saja, di tengah perjalanan menuju kubu, hujan turun lagi. Syukurlah kami semua selamat sampai di kubu, dan segera beristirahat untuk hari esok.


Bersambung ke: Liburan Awal Tahun (Bagian Akhir)

Salam,
Agung Rangga

Agung Rangga

Hai, salam kenal! Saya adalah seorang dosen di jurusan Desain Komunikasi Visual, memiliki minat dengan animasi dan komik, serta hobi menuliskan cerita kehidupannya ke dalam blog ini.

Comments (4)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *