
Sekolah – Terus Berjuang Untuk Akhir! Pengorbanan. Ya, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, kita perlu mengorbankan hal lainnya. Dan kamu tahu, katanya pengorbanan yang kita lakukan, akan setimpal dengan hasil yang akan kita dapatkan. Hmm, entahlah…
Rabu malam kemarin (18 Januari 2012), di tempat les. Cuacanya malam itu panaaas banget. Hari rabu adalah jadwal saya untuk les matematika, sebuah mata pelajaran yang entah mengapa, sangat saya tidak suka. Dan sebelum les dimulai, biasanya guru kami mengadakan pre-test.
Namun, tidak seperti beberapa pre-test sebelumnya, saat itu saya sama sekali tidak bisa menjawab soalnya. Soalnya hanya satu, sedikit pula. Namun, itu tentang bab yang sangat tidak saya pahami : logaritma. Pre-test ini dilakukan di luar kelas, yang sekaligus merupakan parkir kendaraan kami (karena tempat lesku tidak terlalu besar gedungnya). Kami tidak diperkenankan menyontek pas mengerjakan pre-test ini, atau konsekuensinya soal kami diganti.
Kamu tahu, soal itu begitu menguras pikiran saya. Membolak-balik buku catatan les, ternyata belum ada pembahasan mengenai bab logaritma. Ya, wajar sih, bab tersebut dipelajari pas kelas XI, sedangkan saya baru daftar les di tempat itu pas kelas XII. (tepok jidat!) Ingin melirik teman, tapi tetap saja saya gak ngerti. Dan kira-kira, 5 menit berlalu, satu persatu dari kami mulai masuk ke kelas karena bisa menjawabnya dengan benar. Namun tidak bagi diri saya, dan seorang teman saya (perempuan, Wilda namanya).
Yap, kami berdua gak bisa mengerjakan soal yang diberikan. Dan kata guru kami, yang tidak bisa menjawab akan dapat ‘kelas eksekutif‘. Kelas eksekutif? Hmph, itu namanya jam pelajaran tambahan! Jam menunjukan pukul 19:30-an. Saya dan Wilda masih ada di luar, yang mulai gerimis. Teman-teman kami yang lain sedang belajar di kelas, sementara kami berdua, menunggu adanya ‘kelas eksekutif’, yaitu kelas yang diadakan setelah murid yang lain pulang, alias hanya dapat pelajaran sekilas doang, itupun mengenai logaritma.
Masih terus menunggu. Karena saya bosan, saya mulai menggambar di buku catatan les saya, sementara Wilda masih memainkan ponselnya. Sebenarnya, dia itu bisa dan mengerti logaritma, cuma, dia dapat soal yang agak susah, jadi tidak bisa mengerjakannya. Kalau saya? Soal yang menurut teman-teman saya ini tidak terlalu sulit, malah sama sekali gak bisa terpecahkan oleh saya! Saya pun curcol sama si Wilda.
Saya : hmph, enak ya yang lain pada belajar di kelas…
Wilda : ya kenapa kamu gak masuk aja?
Saya : percuma juga masuk, nanti malah tambah gak ngerti. hehe, saya ‘kan sama sekali gak ngerti logaritma, bahkan dasar logaritma-nya saja gak ngerti. dan paling, logaritma cuma keluar satu di-UN~
Wilda : iya juga ya~
Yap, kalau misalnya saya menyontek, lalu main masuk aja dengan hasil contekan saya yang benar, tetap saja gak bakalan mengerti. Makanya, saya lebih memilih untuk diam saja di luar kelas, menunggu jam tambahan. Hujan mulai deras, dan gambar corat-coret saya sudah hampir selesai. Ternyata, guru les kami menghampiri saya dan Wilda. Dia bertanya dengan nada rendah, terdengar seperti beraaat banget, “biasanya, jam berapa kalian tidur malam?“. Wilda dan saya sama-sama menjawab sekitar jam 21:00-22:00-an.
Kata beliau itu masih kurang, terlalu cepat untuk tidur. Katanya, waktu beliau sekolah dulu, beliau tidur paling cepat jam 00:00! Dan beliau bertanya lagi, “bisa gak menyisihkan waktu, 30 menit saja sebelum tidur untuk belajar dan mengulang apa yang kalian pelajari di les?“
Kami berdua terdiam. Hujan semakin deras, dan waktu menunjukan pukul 20:30-an. 30 menit sehari sebelum tidur untuk mengulang apa yang kami pelajari di tempat les? Kedengarannya sih mudah, tapi kenyataannya memang sulit… Kami bertiga duduk di luar kelas yang untungnya berisi atap. Dan sang guru pun mulai perlahan mengajari kami tentang logaritma. Perlahan dijelaskan, sampai akhirnya kami diberi soal lagi, dan disuruh menyelesaikannya.
Jam 21:00, semua murid sudah mulai pulang. Hujan masih sangat deras. Kami berdua disuruh masuk ke salah satu ruang kelas yang kosong, dan diajarkan lagi logaritma-nya. Dan ya, akhirnya sedikit-sedikit saya mulai paham. Setelah hujan agak reda, saya dan Wilda pamit pulang (untungnya bawa jas hujan~). Di jalan, saya merenungkan hal yang terjadi di tempat les tadi. Dibawah rintikan hujan, menyusuri jalan raya yang mulai terendam air se-betis.
Intinya (seperti yang dikatakan di awal tadi), harus ada yang namanya pengorbanan! Dalam meraih kesuksesan, seseorang harus rela membuang jauh rasa malasnya, mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mencapai hal itu!
Semangat sampai UN! Ya, hanya sampai UN nanti!!!
Salam – Agung Rangga
Jadilah yang pertama berkomentar