
Curhat – Bekerja dalam sebuah tim merupakan suatu hal yang wajar dilakukan oleh siapapun. Mulai dari siswa sekolah, sampai pekerja kantor, bahkan juga dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi tulisan kali ini gak bakal membahas sedalam itu, melainkan hanya sebuah unek-unek saya aja, tentang bagaimana cara saya bekerja dalam sebuah tim.
Pertama, tulisan kali ini sangat berkaitan dengan tugas-tugas saya selama semester ini, dimana hampir semua mata kuliah terdapat yang namanya tugas kelompok a.k.a tugas yang dikerjakan bersama-sama dengan mahasiswa lain. Tapi, benarkah semuanya bekerja?
Ahahaha, kalau melihat jauh ke belakang, pastinya gak ada yang namanya tugas kelompok dikerjakan oleh semua anggota kelompok. Pasti (saya tekankan sekali lagi, PASTI) ada yang tugasnya lebih berat dibanding yang lain, atau bahkan ada yang sama sekali gak mau kerja! Kenapa bisa begitu? Ya gak tahu, mungkin udah bawaan dari lahir dia malas kerja (ups, sorry~).
Makanya, kalau ada dosen yang mengumumkan bakal ada tugas kelompok, maka saya akan komat-kamit (berdoa) supaya saya diberikan anggota kelompok yang mau bekerja serius. Biasanya sih sang dosen akan memberikan 2 opsi pilihan: mau ditentukan kelompoknyaย atau bebas pilih sesuai keinginan.
Jujur, saya lebih suka dengan opsi “ditentukan kelompoknya”, karena menurut saya ini terasa lebih adil. Kalau opsi “bebas pilih sesuai keinginan”, maka pasti ada 1 atau 2 kelompok yang isinya ‘semua orang-orang terbaik’ di kelas, sehingga ada ketimpangan sosial dengan kelompok yang lain. Sedangkan kalau dosen yang menentukan (biasanya secara acak atau menurut daftar nama di absensi), maka semuanya akan berbaur, dan gak bakal ada kecemburuan antar kelompok.
Tapi, itu juga masih bisa bikin saya was-was. Kalau misalnya ada orang yang “kurang suka” dengan saya masuk 1 kelompok dengan saya, maka akan terasa jadi beban tersendiri buat saya. Err, gimana ya menjelaskannya… Intinya, saya gak mau pekerjaan kelompok kami kacau gara-gara ada yang kurang ‘sreg’ dengan sesama anggota kelompok.
Oke, sekarang masalah kedua: menentukan ketua kelompok, atau setidaknya orang yang bisa mengkoordinir kinerja kelompok. Nah, di sini biasanya gak ada yang mau ditunjuk sebagai ketua. Dan alhasil, selalu saya lah yang berusaha mengkoordinir anggota kelompok saya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bagaimana caranya? Ehehehe~ Misalnya dalam pembagian tugas. Kalau dalam 1 kelompok ada 3-5 orang, pembagian tugasnya sih lebih mudah (paling cuma ketemuan sekali, diskusi, selesai). Masalah timbul kalau 1 kelompok isinya lebih dari 5 orang. Terpaksa saya menggunakan cara yang sedikit ‘memaksa’.
Biasanya saya kirimkan sebuah sms berisi daftar tugas yang harus diselesaikan oleh tiap anggota kelompok, dengan membubuhkan sedikit ‘ancaman’ di akhir sms-nya. Contohnya seperti ini:
“Halo xxx~
Tugasmu adalah cari definisi xyz beserta contohnya, kemudian kirim berupa word ke emailku di aaa@email.com.
DEADLINE: tanggal X jam YY:ZZ. Kalau lewat dari deadline, namamu gak masuk di makalah kelompok.
Terima kasih. ;)”
Ahahaha~ Dengan cara itu, pasti pas beberapa jam sebelum deadline, kotak masuk email saya penuh dengan tugas mereka. Soalnya, saya juga biasa bertanggung jawab dalam menyusun laporan tugas kelompok. Jadi ya nasib nilai tugas mereka ada di tangan saya.
Tapi tentunya gak setiap tugas kelompok saya kirimkan sms seperti itu. Kalau misal di kelompok saya orang-orangnya ‘berkompeten’ semua, saya yakin pasti pekerjaan akan cepat selesai. Kalau orang-orangnya lebih ‘variatif’, baru deh kirim sms seperti itu.
Hmm, kayaknya cukup deh unek-unek kali ini. Intinya, saya lebih suka mengerjakan sesuatu yang ‘sekiranya’ mampu dikerjakan sendiri ketimbang bekerja dalam tim. Ahh, maafkan saya teman-teman yang sudah mau saya repotkan selama ini. Tapi saya melakukan semua ini demi kelancaran tugas kelompok kita kok…
Sampai jumpa di tulisan berikutnya.
Salam – Agung Rangga
#triviaย : kamu lebih suka bekerja dalam tim atau bekerja sendiri?
Comments (10)
Khoirinasays:
4 November 2014 at 11:07Sering kali memang terjadi dalam tim,
Gak ada yang sia-sia, Cukup salut dengan kamu yang mau ‘mengorbankan’ diri dengan menjadi ketua kelompok/koordinator.
Beruntungnya dengan begitu juga bisa melatih mental kamu ๐
Agung Ranggasays:
4 November 2014 at 13:42Iya, memang sangat membantu melatih mental… ๐ณ
Just arty (@blueorchid08)says:
4 November 2014 at 11:34Memang berada dalam sebuah tim banyak masalah yang dihadapi, tergantung kita bagaimana mengerti orang satu persatu.. Nice post
Agung Ranggasays:
4 November 2014 at 13:43Betul juga ya, harus bisa memahami anggota kelomopoknya… ๐
Lidyasays:
4 November 2014 at 13:47yang sering aku rasakan malah kalau kerja kelompok gak semua peserta bekerja
Agung Ranggasays:
4 November 2014 at 18:56Nah, betul banget bun… ๐ฅ
Kasihan anggota yang lain, bebannya jadi tambah berat. ๐
Claudia Siagiansays:
15 Januari 2016 at 12:16DKV ternyata lucu ya.. Aku udh baca semua ttg DKV diblog ini. Jadi kepengen masuk,tp gak yakin sama pilihannya :v. DKV itu kan cabang komunikasi ya?
Nah,aku bingung mau pilih DKV atau Komunikasinya aja.
Hehe.. Bisa dikasih tau gak uniknya DKV itu gimana? Soalnya aku gak terlalu bisa menggambar tp suka menggambar. Suka ngeliat animasi2 lucu yg sering di post diblog2
Agung Ranggasays:
16 Januari 2016 at 15:53wah, terima kasih sudah membaca~ ๐
secara harfiah, memang DKV bagian dari ilmu komunikasi. namun lebih tepat disebut sebagai ilmu desain.
kalau kamu lebih suka menggambar pilih DKV, sedangkan kalau suka berbicara pilih Ilmu Komunikasi.
uniknya DKV? kayaknya kamu sudah tahu dari membaca tulisan-tulisan di blog ini~ ๐
Rizal Lesmanasays:
25 Januari 2017 at 18:08Berarti jadi ketua kelompok tugasnya cuma ngatur2 doang ya??
Agung Ranggasays:
26 Januari 2017 at 05:33Gak cuma ngatur doang, tapi juga ikut mengerjakan tugas kelompoknya.