Liburan Awal Tahun (Bagian 4)

Setelah sembahyang ke berbagai pura di sekitar kampung saya, pada hari keempat dan kelima ini kami isi dengan beristirahat di kubu. Kegiatan yang menarik untuk diceritakan kali ini adalah proses membuat “urutan babi”, salah satu makanan favorit kala berkunjung ke Bali.

Lanjutan dari: Liburan Awal Tahun (Bagian 3)


Santai Di Kubu

Pagi itu (26 Januari 2017) matahari bersinar cukup hangat di kubu (rumah nenek). Hari ini keluarga kami tidak ada agenda kegiatan yang penting, jadi sangat pas bila waktu luang ini kami gunakan untuk bersantai di kubu. Biar tidak jenuh, saya pun berjalan-jalan di sekitar rumah nenek, memperhatikan setiap sudut kehidupan di sini.

Di teras rumah nenek, terlihat Uwak sedang memarut singkong yang sebelumnya telah beliau kupas dan cuci. Singkong-singkong ini akan beliau gunakan untuk membuat kue lempog, sebuah jajanan tradisional khas Bali. Beliau telah lama berjualan kue lempog ini di pasar tradisional, bahkan lempog buatan Uwak sudah terkenal di Bali lho!

Lalu ada Aji Putu (paman saya) yang sibuk mempersiapkan ayam bakar untuk otonan (peringatan hari lahir) adik Agung, anak beliau yang kedua. Ayam yang dibakar adalah ayam kampung, dan cara membakarnya pun unik sekali. Tanpa menggunakan pangangan modern, ayam yang telah dibelah disisipkan ke sebuah batang pohon (lupa pohon apaan…), dan kemudian dibakar di atas bara api.


Urutan Babi

dapur nenek
dapur nenek

Setelah itu saya beranjak ke dapur nenek, di sana terlihat Mama dan Dewi sedang membuat sesuatu. Pas ditanya, mereka bilang sedang bikin “urutan”. Urutan adalah sebutan untuk sosis khas Bali yang terbuat dari daging babi. Biasanya dijadikan lauk untuk makan sehari-hari, atau sebagai salah satu bahan sesajen untuk sembahyang.

Bahan untuk membuat urutan sebenarnya sih sederhana, yaitu daging babi (beserta lemaknya, ini yang bikin gurih rasa urutan), usus babi yang sudah dibersihkan luar-dalam (untuk kulit sosisnya), serta bumbu-bumbu pelengkap (tidak tahu apa saja bahan bumbunya…). Daging babi yang sudah bersih dipotong dadu berukuran sedang. Sementara bumbunya dihaluskan dengan cara ditumbuk (biar lebih keluar cita rasanya~).

Bumbu yang telah halus tadi dicampur dengan daging dengan cara dibejek-bejek (duh, apa ya bahasa yang tepatnya?) dalam satu wadah. Kemudian diamkan daging tadi sebentar agar bumbunya lebih meresap (marinated), kurang lebih 5-10 menit. Setelah itu masukkan daging ke dalam usus babi yang sudah bersih. Jika merasa kesulitan, bisa menggunakan corong/daun janur sebagai pembantu.

urutan yang siap untuk dijemur
urutan yang siap untuk dijemur

Setelah semua daging habis dimasukkan, ikat kedua ujung usus dengan tali, dan jemur di bawah sinar matahari. Urutan ini tahan kurang lebih selama satu mingguan (kalau gak salah), dan harus disimpan di tempat yang kering. Kalau di dapur nenek, biasanya urutan digantung di atas tungku api. Oh iya, jika ingin memakannya, urutan harus dipotong kecil-kecil dan digoreng dalam minyak yang panas. Paling enak dimakan pakai nasi putih~


Hari Kelima

selfie di kubu
selfie di kubu

Di hari kelima liburan (27 Januari 2017), tidak ada acara spesial juga. Seharian saya habiskan dengan ngobrol dan bercanda bareng sepupu-sepupu saya di kubu. Sesekali saya baca e-book di Kindle, atau hanya tidur-tiduran di kamar. Katanya sih besok bakal diajak jalan-jalan sama Bapak. Hmm, ke mana ya?


Bersambung ke: Liburan Awal Tahun (Bagian 5)

Salam,
Agung Rangga

Agung Rangga

Hai, salam kenal! Saya adalah seorang dosen di jurusan Desain Komunikasi Visual, memiliki minat dengan animasi dan komik, serta hobi menuliskan cerita kehidupannya ke dalam blog ini.

Comments (22)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Press ESC to close