
Satu semester mungkin adalah waktu yang cukup bagi saya untuk mencicipi peran sebagai asisten dosen. Saat saya sedang bersemangat dalam mengajar mahasiswa di kampus, ternyata Tuhan berkehendak lain.
Saya mulai menjadi asisten dosen pada tahun 2017 kemarin. Tidak disangka, setelah saya berhenti kerja di kantor, saya dapat tawaran mengajar di kampus tempat saya kuliah S1 dulu, Universitas Telkom Bandung.
Sesuai dengan bidang yang saya kuasai, saya ditempatkan di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), konsentrasi Manajemen Desain. Mata kuliah yang diajarkan adalah Studio Manajemen Desain 1 di semester 3.
Saya ditugasi untuk mendampingi dua dosen yang mengajar 4 kelas. Beliau adalah Pak Yanuar Rahman dan Bu Atria Fadilla. Karena ini kelas studio (praktik), jumlah mahasiswa tiap kelas hanya sekitar 20 orang saja.
Kesan Menjadi Asisten Dosen
Semester 3 berakhir di bulan Desember 2017 kemarin. Saya merasa lega karena bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai asisten dosen selama satu semester dengan baik.

Oh iya, di setengah semester setelah UTS, tugas yang diberikan untuk para mahasiswa adalah membuat infografis dari tokoh favorit mereka. Tugas ini lebih menantang dari tugas sebelumnya, tapi syukurlah mereka mampu mengerjakannya dengan baik.
Saat hari terakhir kuliah sebelum UAS, saya berbicara pada mahasiswa di depan kelas. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kerja samanya di satu semester ini, dan minta maaf apabila saya pernah berbuat salah pada mereka.

Mereka juga bilang terima kasih karena sudah dibimbing oleh saya. Syukurlah, mereka semua betah dan nyaman diajari oleh asdos seperti saya. Padahal, ini adalah kali pertama saya mengajari orang banyak (di depan kelas pula!).
Kedua dosen yang saya dampingi pun juga memberikan kesan positif pada saya. Mereka senang karena telah dibantu memegang kelas oleh saya. Belum lagi, mereka bahkan juga merekomendasikan saya pada dosen-dosen yang lainnya, apabila butuh asdos lagi.
Hal Yang Saya Dapat
Ada banyak sekali hal yang saya dapatkan selama satu semester menjadi asisten dosen. Dari semua itu, yang utama adalah pengalaman. Ya, ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya.

Menjadi seorang asisten dosen adalah tanggung jawab yang besar. Karena saya ditugaskan untuk mengajari dan membimbing mahasiswa, serta membantu dosen yang saya dampingi dalam setiap pertemuan kuliah.
Umumnya, asdos cuma datang ke kelas saat dibutuhkan saja. Tapi, saya tetap datang ke kelas di setiap pertemuan kuliah! Saya melakukan hal ini agar saya terbiasa dengan jadwal kuliah, cara mengajar sang dosen, cara berinteraksi dengan mahasiswa, dan lain-lain.

Bahkan saya juga tahu bagaimana cara dosen memberikan tugas, cara melakukan asistensi tugas, hingga cara dosen memberikan nilai pada setiap tugas yang diberikan. Sebelum menentukan nilai, pasti sang dosen meminta pendapat saya terhadap kemajuan/progres tiap mahasiswa.
Kebayang kalau saya melewatkan satu pertemuan, ada banyak hal yang terlewatkan begitu saja. Makanya, saya berkomitmen pada diri sendiri, kalau saya ingin belajar sungguh-sungguh dalam menjadi asisten dosen.
Menurut saya, jadi asisten dosen adalah sebuah “percobaan” (trial) sebelum menjadi dosen yang sesungguhnya.
Soal pendapatan/gaji sih tidak terlalu saya pikirkan. Memang, uang yang dihasilkan dari menjadi asdos ini tidak seberapa. Toh, saya masih ada penghasilan lain dari naskah komik dan ilustrasi buku, yang saya kerjakan sembari mengajar.
Berhenti Jadi Asdos
Begitu semester berakhir, saya memutuskan untuk pulang ke Bekasi, menikmati libur Natal dan tahun baru (serta libur semester). Namun, saat saya hendak dalam perjalanan menuju ke Bali, saya mendapat kabar buruk.
Januari 2018, saya mendapat pesan Whatsapp dari Pak Dwija, dosen yang menawarkan saya menjadi asdos. Beliau bilang, kemungkinan di semester berikutnya, saya tidak bisa lagi menjadi asisten dosen. Katanya sih, ada kebijakan kampus yang berubah.
Dengan berat hati, saya segera memberitahu keluarga saya. Syukurlah, kedua orang tua saya tetap mendukung saya. Mereka bilang tidak apa-apa, yang penting saya sudah dapat pengalaman jadi asdos.
Setelah pulang dari Bali, saya kembali ke Bandung. Kemudian, saya datang ke kampus dan mengobrol dengan Pak Dwija. Beliau minta maaf karena tidak bisa memberikan saya kesempatan jadi asdos lagi.
Jujur, ada rasa kecewa di hati kecil saya. Tapi, mungkin ini adalah takdir yang diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa untuk saya. Dalam hidup ini, saya selalu berusaha memasrahkan diri pada-Nya.
Tidak lama, saya dapat tawaran mengerjakan proyek komik anak-anak dari Mizan. Untuk sementara ini, saya akan fokuskan diri menjadi komikus freelance. Ahh, akhirnya cita-cita sebagai komikus saya terwujud~ Hihihi, selain jadi dosen, saya juga berkeinginan jadi komikus!
Akhir kata, begitulah pengalaman saya menjadi asisten dosen. Biarpun cuma satu semester saja, saya telah mendapat banyak pengalaman dari pekerjaan ini. Semoga saja, kelak saya bisa jadi dosen yang sesungguhnya. Astungkara.
Salam,
Agung Rangga
Comments (18)
deysays:
24 Februari 2018 at 10:44Kalau pas ngajat, sambil ngelirik mahasiswa ceweknya apa ngga, Gung ? Hehehe
Senang ya kesampaian jadi komikus.
Agung Ranggasays:
25 Februari 2018 at 18:49Hihihi, nggak dong bun, kan harus profesional~ 😜
Andika Machmudsays:
24 Februari 2018 at 12:37Ada blogger lain yang cerita di blog mau jadi asdos juga, tapi nggak keterima gitu.
Saya kira ide cerita bakal sama, ternyata nggak, ha ha ha.
Ngomong-ngomong kalo jadi asdos, ada nggak satu aja mahasiswa yang ngeselin?
Agung Ranggasays:
25 Februari 2018 at 18:50Oh ya? Siapa/apa nama blognya? 😀
Yang ngeselin bagaimana dulu nih? 😉
Bunda Eryshasays:
24 Februari 2018 at 13:24Wah pasti pada seneng ya mahasiswanya diajarin ama pak dosen yang masih muda. Dulu jga saya bercita-cita menjadi dosen. Semoga nanti klo anak saya udah bisa ditinggal. Baru kembali merajut mimpi
Agung Ranggasays:
25 Februari 2018 at 18:50Semoga bisa mewujudkan mimpinya ya bun. 😀
Emkasays:
24 Februari 2018 at 21:51Pengalaman yg berharga tuh, sambil kerja freelance, kuliah lagi aja atau ngelar asdos lg di PT lain, sapa tau nanti bisa jadi dosen beneran…semangat mas agung!
Agung Ranggasays:
25 Februari 2018 at 18:51Rencananya sih mau lanjut kuliah lagi. 🙂
rynarisays:
27 Februari 2018 at 17:50Suksma Gung berbagi pengalaman berharga. Makin terang jalan menuju komikus dan lanjut studi ya Gung. Salam
Agung Ranggasays:
28 Februari 2018 at 14:48Terima kasih bun. 😄
Shandy Nasyasays:
28 Februari 2018 at 11:39Heii kak.. ini blog baru ya? Blog lamanya kemana kak?
oya kak, sukses terus yaa kak!! Seneng bgt baca blognya seru dan gambar karakternya lucu2 hahaa
oya kak mau tanya, skrg masih freelance di mizan? Rencana aku mau apply magang disana hehe
Agung Ranggasays:
28 Februari 2018 at 14:49Ini masih blog lama kok, cuma ganti tampilan dan alamat aja. 😅
Kalau mau magang di sana, coba aja kirim lamaran magangnya langsung ke Mizan. 😊
adelinatampubolonsays:
1 Maret 2018 at 12:13sukses terus yach Gung. mau dimanapun kerjaan nya yang pasti sejalan dengan hobi serta kesenangan biar jalaninnya bahagia.
Agung Ranggasays:
12 Maret 2018 at 16:54Terima kasih mbak. 😊
ysalmasays:
8 Maret 2018 at 21:19Satu cita-citanya tertunda tapi langsung dilanjutkan dengan cita-cita jd komikusnya. Mudahan setelah itu asdosnya jalan lagi di kampus yg baru ya, Gung.
Agung Ranggasays:
12 Maret 2018 at 16:56Amiiin, terima kasih bun~ 😄
Lianasays:
5 Desember 2018 at 12:17Pengen asdos, gimana cara nya menawarkan diri bro? Apa harua kirim cv ke kampus yg bersangkutan?
Agung Ranggasays:
15 Desember 2018 at 08:43Wah, saya juga kurang tahu, soalnya saya kemarin ditawari oleh kampus saya dulu. 😅