
Curhat – Kewangen, Filosofi dan Makna Tersembunyi Di balik Keindahannya. “Kata ‘kewangen‘ berasal dari kata ‘wangi’ bahasa Kawi yang berarti harum. Jadi, makna utama kewangen adalah mengharumkan nama Tuhan melalui bhakti.” Hehe… Halo-halo… Ini adalah notes kedua pada hari ini… Wah, sudah lama saya tidak membahas mengenai Hindu. Baiklah, kali ini kita akan membahas sebuah sarana persembahyangan di Hindu, Kewangen.
Kewangen adalah salah satu sarana persembahyang (upakara) umat Hindu yang umum digunakan terutama di Lombok dan Bali. Kata “kewangen” berasal dari kata “wangi” bahasa Kawi yang berarti harum. Jadi, makna utama kewangen adalah mengharumkan nama Tuhan melalui bhakti.
Oh iya, di dalam lontar Sri Jaya Kasumu disebutkan kewangen sebagai lambang “Omkara”. Di dalam lontar Brahahara Upanisad disebutkan kewangen sebagai lambang Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Salah satu bait dalam kakawin Om Sembah menyebutkan: “wahya dyatmika sembah ingulun ijong ta tan ana waneh” yang artinya adalah lahir batin sembah kami terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tidak ada yang lain.
Nah, persembahan secara lahir batin ini disimbolkan dengan kewangen di mana kewangen terdiri dari komponen-komponen berikut :
- Kojong (terbuat dari daun pisang) sebagai lambang ardha candra.
- Uang kepeng (uang bolong asli, kini diganti dengan uang logam rupiah) sebagai lambang windu.
- Cili sebagai lambang nada.
- Porosan silih asih sebagai lambang Purusa Pradana.
Ardha Candra, windu dan nada adalah simbol dari kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Porosan silih asih Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Ardha Nareswari sang pemberi kebahagiaan rohani disimbolkan sebagai laki-laki dan sebagai pemberi kemakmuran material disimbolkan sebagai wanita.
Oh iya, biasanya, kalau saya pergi ke Pura pada saat perayaan hari raya besar seperti Galungan dan Kuningan, pas di depan gapura pintu masuk utama, suka ada muda-mudi yang memberikan kewangen dan bunga untuk persembahyangan. Memang sih, ibu saya suka lupa untuk membuat kewangen ini, tapi untunglah kewangennya nanti bakalan diberi di pura juga…
Nah, kewangen ini merupakan upakara yang digunakan untuk Panca Sembah, setelah melakukan Tri Sandhya. Dan pada sembah ke-3 dan ke-4, kewangen inilah yang digunakan. Tapi, kalau gak ada kewangen, boleh juga memakai kembang biasa. Oke, mungkin segini dulu pembahasan saya mengenai kewangen. Semoga bisa menambah pengetahuanmu tentang Hindu. Terima kasih kepada HinduPedia atas penjelasannya. Dan terima kasih padamu karena sudah membaca…
Om… Santih, santih, santih, Om…
Salam – Agung Rangga
Tinggalkan Balasan