Jalan-Jalan Seru di Jakarta

Jalan-Jalan Seru di Jakarta (bagian 2)

Perjalanan – Sekitar pukul 01:20 dini hari, kami beranjak pulang. Tapi, ternyata efek moccacino-nya masih tersisa, jadi akhirnya malah ngobrol-ngobrol di kostan. Tapi pada akhirnya kami juga terlelap. Benar-benar seru hari itu.

* * * * *

Hari Kedua

Walaupun kemarinnya kami baru tidur jam 2 dini hari, tapi hari itu (20/6) si Yogas membangunkan kami untuk sarapan pagi. Oh iya, dia masih ada kuliah pagi itu, makanya bangunnya pagi banget. Ya sudah, kami pun segera berjalan kaki menyusuri rumah-rumah penduduk, demi mencari sesuap nasi (halah~).

Karena kemarin sudah makan malam di restoran, maka sarapan kali itu harus hemat! Si Yogas pun segera mengajak kami ke sebuah warteg yang dekat dengan kampusnya, STAN. Baru kali itu saya sarapan dengan nasi dengan lauk lengkap. Biasanya perut saya menolak untuk diisi makanan berat pas pagi hari, tapi syukurlah hari itu perut saya masih bersahabat.

Selesai makan, kami balik ke kostan, dan si Yogas pamit kuliah. Tinggal saya dan Yunas di kamar. Karena bengong dan bingung mau ngapain, ya sudah, saya pinjam laptop Yunas untuk menonton film (kebetulan si Yunas bawa laptop ke sana). Filmnya berjudul “Rectoverso”, dan keren banget jalan ceritanya!

Bosan = Tidur

Sementara saya menonton film, si Yunas malah melanjutkan tidurnya. Dan selesai nonton, saya pun tidur-tiduran di kasurnya Yogas sambil main ponsel. Oh iya, selama kami menginap, si Yogas meminjamkan kami kasur dari kamar sebelahnya, kasur kapuk. Katanya dia lebih senang menggunakan kasur berbahan kapuk, lebih enak dipakai.

Akhirnya saya pun ikutan terlelap. Soalnya ga biasa begadang sih ya. Asal kamu tahu, jam tidur ‘normal’ saya adalah pukul 21:00, dan bangun jam 6:00 pagi. Mirip anak kecil ya, jam 9 malam sudah tidur. Tapi ya mau bagaimana lagi, namanya juga sudah kebiasaan, kalau lewat dari jam segitu pasti pas bangun pagi badan terasa lemas.

Sekitar pukul 12:00 siang si Yogas pulang. Karena hari itu Jumat, maka dia dan Yunas akan menunaikan ibadah sholat Jumat. Saya ikut bersama mereka ke mesjid di perumahan sana, lagi pula, mau ngapain sendirian di dalam kostan. Untunglah depan mesjid ada lapangan basket luas, jadi saya bisa duduk-duduk sembari menunggu mereka sholat.

Cilok dan Ayam Penyet

Selesai mereka sholat, kami langsung makan siang. Tadinya sih mau makan di kantinnya STAN, tapi melihat banyaknya mahasiswa yang berpakaian rapi (sementara saya dan Yunas hanya berpakaian kasual dan sendal), kami urungkan niat kami makan di sana. Ya sudah, kami makan saja di warteg depan STAN (warteg lagi, warteg lagi, dasar mahasiswa~).

Yogas lanjut kuliah, dan kami balik lagi ke kostan. Hmph, bingung lagi deh mau ngapain. Saya lanjut menonton beberapa koleksi filmnya si Yunas di laptopnya. Ya lumayan lah buat menghilangkan kejenuhan. Sekitar jam 15:00 si Yogas pulang, kami diajak jalan-jalan sekitar perumahan sana.

Kami melihat ada nenek-nenek jualan cilok. Ya sudah, beli lah kami masing-masing 2000 rupiah untuk seplastik cilok. Hihi, ini sih makanan kami pas masih kecil. Cilok itu sejenis bakso yang cara makannya ditusuk pakai tusuk sate, dan cukup dikasih kecap manis atau saus sambal.

Eh ternyata si Yogas masih lapar, dan ia memutuskan untuk makan ayam penyet. Saya dan Yunas cuma memesan es teh manis saja, buat menemani makan cilok. Pas saya cicipi sambal ayam penyetnya, gila, pedas banget! Eh herannya, si Yunas malah doyan. Si Yogas menyerah, dan akhirnya sisa ayam dan sambalnya malah dihabiskan oleh Yunas.

Nongkrong Lagi

Sekitar pukul 20:21, kami bertiga keluar kostan, mau cari makan malam. Sebenarnya cukup banyak varian makan malam di sekitar sana, tapi kami terlalu pemilih. Ujung-ujungnya, setelah mengitari komplek perumahan sana, kami masuk ke sebuah warung nasi goreng kaki lima. Yap, kami bertiga suka nasi goreng.

Selesai makan, kami pergi ke sebuah konbini (Ind*maret) untuk beli jajanan buat malam nanti. Dan kalau udah bertiga, pasti yang ada malah jadi heboh di konbini, mirip ibu-ibu rumpi. Ada yang mau ini, mau itu, tapi malah ujung-ujungnya cuma keluar kata “terserah”. Kami pun cuma membeli cemilan keripik satu bungkus besar dan sebungkus biskuit cokelat.

Baru beberapa menit sampai di kost, si Mira mengajak kami nongkrong di S*vel lagi. Dan berhubung jajanan tadi belum ada yang dibuka, kami bawa saja ke sana, lumayan ga usah beli makanan lagi. Dan di sana si Yogas dan Mira malah mengerjakan tugas lagi. Tapi sambil bekerja, kami berempat juga sedang berdiskusi.

Ya, kami sedang merencanakan kapan kami berlima (GSL, geng kami ada 5 orang, baca bagian 1) bisa kumpul bareng lagi. Soalnya, semuanya masih pada sibuk kuliah (kecuali saya dan Yunas) sehingga sulit untuk menemukan waktu yang pas. Dan malam itu kami nongkrong yang terakhir, karena besoknya saya dan Yunas harus pulang ke Bekasi. Malam yang panjang.

* * * * *

bersambung…

 

Diterbitkan oleh

Agung Rangga

Hai, salam kenal! Saya adalah seorang dosen di jurusan Desain Komunikasi Visual, memiliki minat dengan animasi dan komik, serta hobi menuliskan cerita kehidupannya ke dalam blog ini.

16 tanggapan untuk “Jalan-Jalan Seru di Jakarta (bagian 2)”

  1. aku masih suka jajan cilok loooh. kantorku skrg kan deket sama beberapa sekolahan. jd suka ad yg jual cilok dan kita kita nih anak kantor pede aja jajan cilok bareng anak skolahan. 😉

Tinggalkan Balasan