
Curhat – Tapi syukurlah Mbak Devi mengerti, dan akhirnya saya lanjut mengerjakan proyek ini. Malamnya, saya iseng melihat-lihat kalender akademik dari kampus, dan betapa terkejutnya saya kalau dua minggu lagi UTS (ujian tengah semester) akan dilaksanakan! Dan saya juga baru sadar kalau ada banyak banget tugas kuliah yang harus segera diselesaikan! Huaaah, semangat ya Gung!
Masalah Warna
Sembari persiapan menjelang UTS dan menyelesaikan tugas kuliah, saya pun mencicil halaman demi halaman ilustrasi buku ini. Oh, sebagai gambaran, langkah-langkah dalam penyusunan buku ini adalah: storyline > storyboard > review storyboard (sudah sesuai atau belum dengan storyline-nya) > ilustrasi semua halaman > penambahan teks > penyusunan layout buku > review pra cetak > revisi final > cetak > selesai!
Pada awal mulai membuat ilustrasi per halaman, saya bisa membuat hingga 5 halaman dalam sehari! Tapi berubah-ubah terus sih, kadang cuma 2-3 halaman, kadang 1 halaman saja, atau seharian sama sekali gak ada yang jadi. Semua tergantung mood, tugas kuliah, dan kegiatan di kampus.
Selama menyusun buku ini, pastinya komunikasi dengan Mbak Devi harus tetap terjaga dong. Hingga pas saya kirimkan contoh 5 halaman pertama, Mbak Devi bilang kalau warna yang saya pakai bersifat “bold dan solid“, beda dengan yang diharapkan, yaitu “pastel dan soft“. JDEEERRR!!!
Err, jadi begini, akhir-akhir ini saya sangat suka teknik pewarnaan yang “simple”, yang hanya menggunakan warna dasar saja, tanpa gradasi sama sekali. Sehingga, gambar saya selalu terlihat flat (datar), dan agak monoton. Agar lebih enak dipandang, saya memilih warna pastel, yang gak “ngejreng bin mentereng” gitu, ditambah penggunaan garis outline/line art yang tebal (kalau yang ini udah jadi ciri khas saya). Saya pun menjelaskan semuanya ke Mbak Devi, mencoba beberapa alternatif warna, sampai akhirnya disuruh lanjutkan saja dulu.
Petaka Tulang Ekor
Hingga suatu hari (5/3) pas mau keluar dari kamar mandi, saya terpeleset di depan pintu gara-gara keset yang licin! Di kostan saya kamar mandinya di luar, bukan di dalam kamar. Ada 4 kamar, dan salah satunya dipakai oleh Kang Asep (anak pemilik kostan) bersama istrinya untuk usaha laundry kiloan. Saya pun jatuh terduduk, jadi tulang ekor saya membentur lantai keramik yang keras. Beuh, sakitnya dari tulang ekor, punggung, sampai ke ubun-ubun!
Kang Asep yang kebetulan melihat, segera membantu saya berjalan ke dalam kamar. Kemudian istrinya Kang Asep (Teh Nur) memanggil ibu-ibu tukang urut untuk memijat saya. Selesai di pijat, rasanya agak mendingan sih, tapi masih nyeri di tulang ekornya. Saat itu pikiran saya sudah gelap, saya takut sekali kalau tulang ekor saya ada yang patah atau kenapa-napa.
Setelah konsultasi ke orang tua, saya pun berobat. Dokter memberikan obat penghilang rasa sakit, karena menurut beliau mungkin otot sekitar tulang ekorku tegang karena kaget akibat terpeleset. Kalau obatnya habis tapi masih terasa sakit, baru dirontgen. Yah, ikutin dulu aja deh, semoga gak kenapa-napa.
Berjuang di Ujian Tengah Semester
Setelah kejadian terpeleset itu, saya jadi lebih hati-hati keluar-masuk kamar mandi. Selama sakit, saya mencoba terus menyelesaikan buku ini dan mengerjakan tugas kuliah. Walaupun sebenarnya, gak bisa lama-lama duduk, karena masih suka kesemutan dan keram.
Tiba di hari pertama UTS (9/5), saya mendapat pesan dari Mbak Devi, yaitu mengingatkan saya pada deadline buku. Hiks, sabar ya mbak, saya akan berusaha menepati deadline kok~ Syukurlah, saya berhasil melewati UTS hingga selesai. Sampai juga di deadline “review pra cetak” (13/3), yang bertepatan dengan hari saya memutuskan untuk melakukan rontgen.
Sebenarnya sih sakitnya gak separah pas baru terpeleset, tapi karena masih nyeri, saya jadi penasaran dengan keadaan tulang ekor saya. Paginya saya rontgen di salah satu klinik di daerah Buahbatu, Bandung, dan sorenya ke dokter untuk memeriksa hasil rontgennya. Pas lagi antri di dokter, Mbak Devi nanya kapan mau di kirim review pra cetaknya. Saya bilang masih di dokter, dan mungkin agak malam baru dikirim. Syukur beliau mengerti keadaan saya.
Menjelang Deadline
Kata dokter, hasil rontgennya normal, tidak ada masalah sama sekali. Saya pun mengucap syukur ke Sang Hyang Widhi, karena masih diberikan kesembuhan. Dan sampai di kost, saya langsung kirim review pra cetaknya ke Mbak Devi. Oh iya, review pra cetak itu merupakan file buku dalam format pdf, digunakan untuk memeriksa apakah masih ada kesalahan atau tidak sebelum masuk proses cetak.
Paginya (14/3), saya menerima hasil review dari Mbak Devi, dan mulailah saya melakukan revisi final. Kebanyakan sih cuma revisi di bagian teksnya saja, dan sedikit di bagian ilustrasi. Eh, ternyata kemarin Mbak Devi sudah mengirim “gaji” saya juga! Sesuai dengan kontrak perjanjian di awal! Wuaaah, makin semangat dong ya revisinya~
Sekitar jam 9:00, Bapak, Mama dan Arya (adik bungsu saya) datang ke Bandung untuk melihat keadaan saya. Wuah, rasanya senang banget dikunjungi keluarga saat seperti ini. Mama juga bawa ikan goreng untuk makan siang kami. Sorenya, saya ikut bareng mereka untuk pulang ke Bekasi (untuk liburan habis UTS). Di rumah, saya lanjut menyelesaikan revisi bukunya.
Lahirnya Buku Pertama
Besoknya adalah deadline buku (15/3). Setelah sembahyang di Pura Segara, Cilincing (Jakarta), saya mengirim file final bukunya ke Mbak Devi. Dan akhirnya… SELESAI!!! *nyalain kembang api*
Beberapa hari kemudian (17/3), saya dapat kabar dari Mbak Devi bahwa bukunya sudah dicetak. Tapi, ternyata ada kesalahan fatal yang baru kami sadari… JUDUL BUKUNYA SALAAAH!!! Iya, harusnya judul buku ini adalah “Dunia 9”, namun saya salah ketik menjadi “Negeri 9”. Saya dan Mbak Devi juga tidak sadar ada kesalahan ini. Saya pun minta maaf sebesar-besarnya ke Mbak Devi, karena sudah lalai begini.
Oh iya, Mbak Devi juga mengirimkan 1 buku jadi ke rumah saya. Dan pas menerimanya, saya girang banget! Gak nyangka, ini buku pertama saya! Rasa haru pun menyelimuti saya saat membaca dan membuka halaman demi halaman buku ini (halah~). Ya, perjuangan saya selama ini tidak sia-sia. Mari intip isi buku “Negeri 9” ini~





Akhir kata, saya benar-benar berterima kasih kepada Mbak Devi selaku penulis cerita dan Rabbit Hole, yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk membuat ilustrasi untuk buku “Negeri 9” ini. Juga untuk orang tua dan adik-adik saya yang sudah mendukung saya selama mengerjakan buku ini. Dan tentunya, Sang Hyang Widhi dengan segala berkah yang diberikan pada saya.
Sayangnya, seperti yang sudah saya tulis di bagian 1, buku “Negeri 9” ini adalah buku custom, yang tidak dijual untuk umum dan dicetak sangat terbatas (hanya untuk si klien). Untuk teman-teman yang berminat membuat buku custom sendiri, silakan dicoba hubungi Rabbit Hole di Facebook dan Website-nya.
Sebagai bocoran, saya sedang menggarap buku komik hasil magang kemarin, dan pastinya komik ini adalah komik anak-anak. Rencananya, komik ini akan diterbitkan dan dijual bebas. Jadi, mohon doa dan dukungannya ya.
Salam – Agung Rangga
#trivia: apa kamu suka baca/koleksi buku anak-anak? Buku anak-anak apa yang terakhir kamu baca?
Comments (7)
Garasays:
21 Juli 2015 at 13:03Selamat dulu atas penerbitan buku perdananya! *tiup terompet* Bli keren sekali! Gambarnya bagus-bagus, itu bikinnya bagaimana? Habisnya lucu dan sesuai banget dengan tema bukunya yang merupakan buku anak-anak :hehe. Perjuangannya memang mesti pol-polan ya, sampai kesakitan jatuh dari kamar mandi, tapi hasil dan kebanggaannya saya pikir sangat sepadan dengan perjuangan itu. Astungkare, semoga cepat sembuh yak. Sekarang sudah baikan, kan?
Agung Ranggasays:
21 Juli 2015 at 14:38terima kasih bli Gara! 😀
bikin ilustrasinya? semua pakai teknik digital drawing, digambar pakai software dan pen tablet di laptop. 🙂
ahahaha, tenang bli, sekarang sih sudah tidak terasa lagi. Ini kan cerita pas bulan maret kemarin~
Garasays:
21 Juli 2015 at 15:01Syukurlah ya kalau begitu :hehe. Sehat selalu! :)).
green4hopessays:
21 Juli 2015 at 17:45Iiihh lucu gambarnyaa xD
Aku jadi berasa balik kecil pas mendadak pengen beli buku itu wkwkwk
Agung Ranggasays:
21 Juli 2015 at 18:04ahahaha, ditunggu buku berikutnya ya~ 🙂
agunggantirasays:
22 Juli 2015 at 02:34wow..mantap bro, selamat ya atas terbitnya buku perdana, semoga sukses dan tetap produktif.
Agung Ranggasays:
22 Juli 2015 at 06:06terima kasih bro.